preloader
Penentuan Awal Ramadhan yang Valid, Hilal atau Hisab?

22 Mar

Penentuan Awal Ramadhan yang Valid, Hilal atau Hisab?

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan, bulan yang mulia dan dimuliakan setiap amal perbuatan. Bulan Ramadhan terbiasa disambut dengan penuh kebahagiaan. Bulan Ramadhan ibarat bahtera yang luas, sehingga banyak kesempatan bagi kita untuk memperbanyak ibadah dan amal shaleh, kaum muslimin diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Ibadah puasa dilaksanakan dari terbit hingga terbenam matahari.


Visualisasi Ramadhan

Sumber: Unsplash

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, namun beberapa orang mungkin masih resah kapan pastinya bulan Ramadhan jatuh pada 1444 Hijriyah/2023 Masehi. Mungkin beberapa orang juga masih bertanya-tanya kenapa harus ditentukan melalui hilal, padahal sudah jelas ada hisab atau perhitungan tahun Hijriyah.

Melansir dari yufid.com ternyata memang ada dua cara untuk menentukan awal bahkan akhir dari bulan Ramadhan. Syariat telah menetapkan bahwa untuk menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan itu dengan 2 cara:

  1. Rukyatul hilal (melihat hilal dengan mata). Hilal adalah fase paling awal dari kemunculan bulan. Oleh karena itu hilal berupa garis tipis yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Namun para ulama membolehkan menggunakan teropong atau alat bantu lainnya untuk membantu melihat keberadaan hilal.

  2. Jika hilal tidak nampak, bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari

Diantara kedua cara tersebut yang paling utama adalah rukyatul hilal, sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengenai hilal, yang tertuang dalam hadits: 

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ”Sesungguhnya kami adalah umat ummiyah. Kami tidak mengenal kitabah (tulis-menulis). dan tidak pula mengenal hisab. Bulan itu seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 29) dan seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 30).” (HR. Bukhari no. 1913 dan Muslim no. 1080)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga bersabda:

“Janganlah berpuasa sampai engkau melihat hilal, janganlah berlebaran hingga engkau melihat hilal” (HR. Muslim 1080)

Namun, ketika cara pertama tidak dapat dilakukan, sebab hilal yang tidak tampak karena terhalangi oleh awan atau mendung. Maka hendaklah menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Melansir dari yufid.com bahwa hisab bukanlah solusi yang ditawarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika hilal tidak terlihat. Kita juga tidak diminta untuk bertanya kepada ahli hisab ketika langit mendung dan sulit untuk dilakukan rukyat, padahal ahli hisab sudah ada di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam justru memerintahkan kita untuk menggenapkan bilangan bulan Sya’ban 30 hari.

Selamat menantikan detik-detik menjelang bulan Ramadhan, yuk membekali diri dengan memperbanyak amalan baik untuk menyambut bulan Ramadhan, bersama Pedooli melalui www.pedooli.id dalam gerakan #RamadhanPedooliSesama, berbagi takjil buka puasa, hidangan sahur, zakat fitrah untuk lansia, hingga kado istimewa untuk paket lebaran para santri yatim dan dhuafa!

Bagikan