preloader
Hasil Tidak Menghianati Usaha

23 Mar

Hasil Tidak Menghianati Usaha

Hasil yang memuaskan merupakan impian setiap orang dalam melakukan usaha. Namun untuk mencapai hasil yang memuaskan tentu diperlukan usaha yang maksimal, bekerja keras dan profesional.

Bekerja keras sendiri bahkan termasuk dalam Sila Kelima Pancasila pada butir kesembilan. Namun, di era kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin canggih, dibandingkan kerja keras lebih efektif lagi jika melakukan kerja cerdas, kerja cerdas sendiri merupakan cara bekerja dengan memanfaatkan teknologi dan waktu sebaik mungkin dan dapat memperoleh work life balance.

Selain itu bekerja secara profesional juga merupakan salah satu usaha dalam mencapai hasil yang terbaik. Profesional artinya ahli dalam bidangnya, seseorang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi. Sedangkan profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas, terpenuhi kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional.

Profesional di dalam sebuah usaha (mutqin) merupakan perintah agama, dengan catatan menyandarkan kepada Allah Subhanahu wata'ala.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ

Artinya: Dari Aisyah r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional” (HR. Thabrani, Baihaqi)

Pada tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Abdul Adzim bahwa dalam islam, profesional itu diartikan “mutqin”, yang meliputi “niat, sungguh-sungguh, sesuai dengan keahlian dan passion, yang disandingi dengan ikhlas”. Dalam bekerja harus profesional, namun tetap menyandarkan kepada Allah Subhanahu wata'ala, karena Allah tetap berkuasa atas segalanya, seperti yang termaktub dalam QS. Al-Kahf ayat 45:

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا

Artinya: “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

Bagikan