01 Dec
Hidup
berjalan tidak selalu seperti yang kita inginkan. Terkadang usaha dan kerja
keras berbuah manis, dan juga terkadang sebaliknya. Jika kita berada di
fase-fase kesusahan, menyerah bukan pilihan, justru berserah diri kepada Allah
subhanahu wa ta’ala adalah
jawaban.
Hendaknya
jika berada dalam keadaan susah, kita perbanyak doa kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Salah
satu doa terdapat dalam QS.
Al-Anbiya ayat 87:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ
أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا
أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan
marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa
tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zalim".
Ketika
kesusahan melanda di dalam hidup, sebaiknya kita beristirahat sejenak bukan
berhenti dan merasa kalah telak. Karena Allah Subhanahu wa ta'ala dalam surat Alam
Nasyroh berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam
Nasyroh: 5)
Begitupun
jika kita melihat saudara kita dalam keadaan yang susah, sebagai sesama manusia
hendaknya kita mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan. Seperti yang
terkandung dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ
مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً
مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ
اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ،
سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ
مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا
اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ،
وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ
الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ
عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan
darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang
yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah Azza wa Jalla memudahkan
baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib)
seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah
senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.
Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah
Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka,
melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat
mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang
berada di sisi-Nya. Barang siapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih
derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.” (HR. Muslim no. 2699)